Kamis, 15 April 2010

Wanita Shalihah dan Pandai Besi

Dikisahkan ada seorang pandai besi yang mempunyai keajaiban luar biasa. Kalau dia memanggang besi di dalam bara api, tangannya tidak kepanasan sekalipun saat mengambilnya menggunakan tangannya secara telanjang. Ketika itu ada seseorang yang tergerak hatinya berminat menyaksikan keajaiban itu. Hingga suatu hari orang tersebut datang ke rumah si pandai besi. Ia bertanya tentang keajaiban yang terjadi pada dirinya. Setelah menyaksikan sendiri, ia memandangi penuh kekaguman. Lalu laki-laki itu berkata kepada si pandai besi : “Malam ini aku menjadi tamumu, kamu tidak keberatan bukan ?”, si pandai besi menjawab : “ dengan suka hati aku menerima kehadiranmu”. Lelaki tadi diajak masuk ke rumah. Hingga setelah malam tiba ia disuguhi makan malam. Selesai makan hingga menjelang tidur, lelaki tadi tidak menjumpai suatu kelebihan dilakukan si pandai besi. Ibadah fardunya hanya seperti itu. Ia tidur malah hingga subuh. Dalam hati lelaki itu berkata : “ barang kali malam ini dia sengaja merahasiakan ibadahnya”.
Lelaki tadi meminta izin lagi untuk bermalam kedua kalinya. Ia mencoba memperhatikan amaliahnya si pandai besi, ternyata tetap tidak ada kelebihan dalam menjalankan ibadahnya. Ahirnya lelaki tadi berkata : “sudah seringkali aku mendengar betapa besarnya Allah memuliakan dirimu. Kebetulan aku sendiri juga menyaksikan kekeramatanmu itu. Tetapi setelah aku perhatikan ternyata tidak ada kelebihan yang aku jumpai dalam ibadah fardu atau sunahmu. Kalau begitu darimanakah tingkatan itu kau peroleh ?. Si pandai besi menjawab : “ saudara, sesungguhnya aku mempunyai kisah yang sangat menarik. Ceritanya begini ; aku bertetangga dengan seorang perempuan yang sangat cantik aku cinta sekali padanya. Setiap saat aku menggoda dan merayunya supaya mau memenuhi keinginanku. Namun sampai sejauh itu aku tidak dapat menundukan dirinya. Rupanya ia perempuan ahli waro’ yang sangat bagus segalanya.
Bulan demi bulan terus bergulir, hingga tibalah masa paceklik, makanan susah diperoleh. Kelaparan melanda dimana-mana. Suatu hari ketika aku sedang duduk tiba-tiba pintu rumahku diketuk seseorang. Ternyata perempuan yang cantik itu yang datang. Ia berdiri di depan pintu, katanya : “tuan, aku ini sedang kelaparan, apakah ada makanan yang bisa tuan berikan kepadaku ?. Jawabku : “ apa kau tidak merasa bahwa aku sangat mencintaimu ?, aku tidak akan memberimu makanan kecuali kau bersedia menyerahkan dirimu padaku “. Perempuan itu berkata : “ sesungguhnya aku sangat takut menghadapi bahaya dalam kematian, aku telah berjanji tidak akan berbuat maksiat kepada Allah. Lalu perempuan itu pulang.
Dua hari kemudian dia datang lagi. Ia meminta makanan seperti yang dikatakn tempo hari. Aku juga memberi jawaban seperti jawabanku kemarin. Tubuh wanita itu kelihatan begitu kurus kering. Ia masuk dan duduk di dalam rumah. Lalu aku menyodorkan makanan di depannya. Tiba-tiba air mata perempuan itu menetes, seraya berkata : “apakah makanan ini kau berikan semata karena Allah ?.
Aku menjawab : “aku berikan makan itu agar kau bersedia menyerahkan dirimu kepadaku”. Ia bangkit, meninggalkan makanan itu tanpa menjamahnya sedikitpun.
Dua hari kemudian dia datang lagi, kulihat tubuhnya kian kurus kering dan suaranya terbata-bata. Punggungnya kelihatan membungkuk karena menahan lapar. Ia berkata : “Tuan aku telah merasa kesulitan untuk mencari makanan dan aku tak sanggup lagi berjalan jauh mencari makanan kecuali kepada tuan. Apakah tuan punya makanan yang bisa diberikan kepadaku ikhlas karena Allah ?. Aku menjawab : “Ya tentu ada kalau kamu bersedia menyerahkan dirimu kepadaku”.

Perempuan itu menundukan wajah beberapa saat. Ia masuk dan duduk di dalam. Aku segera menghidupkan api untuk memasak makanan baginya.
Setelah masak dan makanan ku letakan di depannya tiba-tiba aku tersadar dan memperoleh petunjuk dari Allah. Aku sadar betapa jahatnya diriku. Perempuan ini adalah perempuan yang snagat taat pada agamanya. Walaupun ia tidak mampu mencari makanan dan sudah berulangkali merasakan betapa pedihnya kelaparan, tetapi ia tidak mau berbuat maksiat. Sedangkan aku tidak dapat menahan untuk tidak berbuat maksiat. Kemudian aku berdoa kepada Allah : “ Ya Allah, sesungguhnya sekarang aku bertaubat kepadamu atas segala perbuatanku. Aku berjanji tidak akan mendekat-dekat lagi kepada perempuan itu untuk bermaksiat”.
Aku dekati dia yang masih terpaku di depan makanan. Aku berkata : “ sekarang makanlah. Kamu tidak perlu khawatir bahwa aku akan meminta persyaratan itu. Kuberikan makanan itu karena Allah”.
Begitu mendengar ucapanku, ia mengangkat wajahnya ke langit seraya berkata : “Ya Allah, jika ucapannya itu benar, hindarkanlah dirinya dari api di dunia atau di akhirat”.
Lalu perempuan cantik itu kubiarkan menyantap makanan. Aku sendiri berkemas dari hadapannya untuk memadamkan api. Tanpa sengaja, sebuah bara api jatuh mengenai kakiku. Ternyata tidak melepuh. Aku kembali lagi menjumpainya dengan penuh kegembiraan dan berkata : “bergembiralah kamu, sesungguhnya Allah telah mengabulkan doamu”.
Lalu, ia buang sesuap makanan yang masih ada ditangannya. Ia bersujud syukur seraya berucap : “Ya Allah sesungguhnya Engkau telah memperlihatkan kepadaku apa yang kukehendaki terhadap lelaki ini. Maka cabutlah ruhku sekarang juga.
Selesai berucap begitu, perempuan itu meninggal dalam keadaan masih bersujud.
Demikianlah ceritaku saudara.

1 komentar:

komentar anda sangat kami tunggu